Rabu, 23 Juni 2010

KASEMBON RAFTING

TEMPAT RAFTING BARU DI JAWA TIMUR

dsc_0363.jpgJawa timur saat ini memiliki tempat rafting yang baru, selama ini untuk tempat rafting di Jawa Timur hanya dikenal di Kabupaten Probolinggo yaitu disungai Pekalen tapi pada saat ini di Jawa timur ada tempat rafting yang baru yaitu Kasembon Rafting.

Kasembon Rafting terletak di desa Bayem Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang sedang sungai yang digunakan pada tempat ini adalah sungai Sumberdandang dengan panjang jalur untuk tempat rafting ini adalah 7,5 km atau bagi para rafter pemula dapat ditempuh sekitar dua jam.

Jalur rafting ini melawati desa Bayem - Beji Rejo � Sepudak dan berakhir di desa Mangir yang masih berada dalam wilayah Kecamatan Kasembon. Tempat rafting baru ini menawarkan sensasi berbeda di banding tempat rafting-rafting yang lain. Keunggulan dari tempat ini dibandingkan tempat rafting yang lain yaitu tempat ini memiliki beutiful view, lokasinya yang dikelilingi pegunungan, pemandangan alami sawah-sawah dengan tanaman padi yang menguning disisinya, panorama yang indah sunset di sore hari dan yang paling utama yaitu arus sungai dari tempat rafting ini memiliki lima kanal dengan ketinggian 2 sampai 3 meter dan difficulty level berkisar antara dua sampai tiga cocok bagi rafter-rafter pemula maupun profesional.

Kasembon rafting mulai dibuka bagi penghobi rafting pada tanggal 9 Desember 2006 oleh Bupati Malang Bapak Sujudi walaupun relatif masih baru sebagai ajang rafting akan tetapi fasilitas-fasilitas penunjang di tempat rafting ini sudah cukup baik. Tempat rafting ini dikelola langsung oleh Pemkab Malang dan untuk teknis dilapangan diserahkan kepada CV. K-Land Citra Perdana. Sebelum berdirinya tempat rafting ini sungai yang akan digunakan untuk tempat rafting ini tidak layak bagi para penghobi rafting karena sepanjang sungainya dipenuhi oleh sampah sehingga kondisinya sangat kotor. Adanya kerjasama yang baik antara Pihak Pemkab, CV. K-land Citra Perdana dan masyarakat dalam membuat fasilitas-fasilitas pendukung buat penghobi olahraga ini dan adanya kepedulian masyarakat sekitar sungai dalam menjaga sungai ini menjadikan sungai ini layak digunakan bagi penghobi rafting.
img_1444.jpgIde awal berdirinya Kasembon Rafting pertama kali diprakarsai oleh empat remaja yang antara lain Heru, Hatta, Singgih dan Eko dari Mapala Edelweij STIBA Malang yang peduli akan lingkungan dan berjiwa petualang.

Pada awal April 2006 saat mereka sedang melakukan survey mencari sungai yang tepat untuk dapat digunakan sebagai tempat ber-rafting, hati mereka tersentuh setelah melihat kondisi sungai yang sangat kotor dan memprihatinkan saat mereka berada di wilayah Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang. berkat kepedulian mereka terhadap lingkungan mereka berinisiatif menjadikan sungai di wilayah Kecamatan Kasembon tersebut menjadi bersih dan kebersihannya dapat berkesinambungan, tapi mereka sadar untuk memperoleh sungai yang bersih dan berkesinambungan tidaklah mudah karena harus melibatkan keikutsertaan masyarakat sekitar sungai untuk menjaga kebersihan sungai.

Solusi yang tepat untuk memecahkan masalah tersebut yaitu membuka tempat wisata sungai, tempat wisata rafting tepatnya. Menurut mereka adanya tempat wisata rafting di wilayah ini dengan mengajak masyarakat setempat turut serta mengelola tempat wisata rafting ini maka sungai diwilayah kasembon akan terjaga kebersihannya dan kebersihannya dapat berkesinambungan, selain dari pada itu dengan adanya tempat rafting yang baru nanti maka mereka tidak akan ketempat yang terlalu jauh untuk dapat menyalurkan hobi mereka yaitu berrafting, secara kebetulan sungai yang digunakan sebagai tempat rafting itu memiliki lima kanal dengan ketinggian antara 2-3 meter dan tingkat dificullty-nyarata-rata grade dua sampai tiga sehingga tempat rafting ini layak untuk dapat digunakan bagi rafter pemula maupun profesional.

Adapun untuk membuat tempat rafting baru tidaklah teralu mudah karena harus menghadapi beberapa kendala, kendala tersebut antara lain kendala pendanaan dan kondisi sosial lingkungan, kendala pendanaan ini berkaitan dengan banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat tempat wisata rafting baru yang representatif dengan fasilitas pendukung yang baik sedangkan untuk kendala sosial lingkungannya yaitu berkaitan dengan bagaimana menciptakan kondisi masyarakat sekitar sungai sadar dan turut serta menjaga sungai agar tetap bersih. Setelah empat remaja tersebut berfikir panjang akhirnya mereka menemukan formula yang tepat untuk mengatasi kendala itu.

dsc_0425.jpgLangkah pertama yang dilakukan empat remaja tersebut mengajak rekan-rekan mereka dari Mapala Edelweij untuk turut serta membantu bekerja bersama-sama membersihkan sungai dan memperbaiki jalur rafting, pekerjaan ini dilakukan selama lima bulan. Selanjutnya mereka dengan pemerintah setempat melakukan pendekatan personal dan melakukan penyuluhan kepada masyarakat sekitar sungai dalam meningkatkan kepedulian dan kesadaran kepada masyarakat sekitar sungai untuk menjaga sungai agar sungai ditempat tersebut tetap bersih karena sungai adalah salah satu tempat yang digunakan untuk menunjang kegiatan sehari-hari warga. Setelah meningkatnya kepedulian masyarakat sekitar terhadap pentingnya sebuah sungai bagi kegiatan sehari-hari mereka akhirnya kebersihan sekitar sungai dapat terjaga.

Setelah mereka mampu menyelesaikan berbagai kendala sosial lingkungan diatas kendala yang mereka hadapi selanjutnya yaitu masalah pendanaan, tapi itu tidak berlangsung lama karena program yang mereka ajukan kepada Pemkab Malang dianggap cukup bagus sehingga mereka mendapat suntikan dana segar yang diambil dari APBD Pemkab Malang untuk membuat dan memperbaiki fasilitas-fasilitas pendukung untuk tempat wisata rafting ini sehingga saat ini menjadikan tempat ini layak untuk dijadikan tempat wisata rafting.

Mencapai lokasi Kasembon Rafting tidak terlalu sulit, perjalanan dari arah kotaMalang dapat ditempuh sekitar 45 menit perjalanan sedangkan dari arah kotaKediri dapat ditempuh sekitar satu jam perjalanan dengan kendaraan pribadi. Dari Kota Malang para rafter harus menuju arah barat melewati kota Batu-Pujon-Kasembon. Sedang dari kota Kediri Para Rafter menuju arah timur melewati kota Pare-Kandangan-Kasembon. Infrastuktur yang cukup baik dengan ditunjang penunjuk arah ke lokasi disisi-sisi jalan menuju lokasi menjadikan para rafter akan mudah mencapai lokasi tersebut.

Tempat rafting ini memiliki aliran spoting atau irigasi murni sehingga debit aliran dari sungai ini dapat dibesarkan atau dikecilkan. Adanya dsc_0423.jpgaliran spoting ini maka dapat mempermudah bagi rafter-rafter pemula maupun profesional untuk mencoba seberapa besar tingkat difficulty yang mereka inginkan. Setelah dibuka selama satu tahun saat ini tempat rafting ini setiap hari selalu dikunjungi oleh pengunjung yang ingin mencoba berrafting dengan rata-rata pengunjung perbulan yang datang yaitu 200 orang yang berasal dari kalangan eksekutif muda, rafter profesional, para penggila olahraga Adventure, aktivis lingkungan dan karyawan-karyawan dari instansi-instansi swata maupun pemerintah.

Tarif per paket untuk dapat melakukan rafting ditempat ini yaitu pada hari biasa Rp100.000, sedangkan tarif pada Weekend day yaitu Rp125.000, dan pengunjung juga akan mendapatkan fasilitas-fasilitas seperti soft drink, Perlengkapan standar rafting, kendaraan penjemput dari finish hingga kembali ke shelter, guide profesional , air mineral, snack, kelapa muda, makan siang dan asuransi dari pengelola tempat ini.

Adanya tempat rafting ini mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar karena dengan adanya tempat rafting ini Pemda Kabupaten Malang memperbaiki infrastuktur desa sehingga jalur transportasi tempat ini menjadi baik dan karena dengan begitu banyaknya pengunjung setiap hari membuat masyarakat dilingkungan sekitar tempat ini memiliki inisiatif untuk menjual makanan-makanan sekitar tempat rafting sehingga pendapatan masyarakat menjadi meningkat.

Selain itu adanya tempat rafting ini juga mampu meningkatkan kecintaan remaja sekitar terhadap olah raga ini dengan dibantu para rafter profesional para remaja sekitar diajari tehnik-tehnik rafting yang baik. Saat ini banyak dari remaja sekitar yang sudah menjadi guide-guide profesional dan mampu mendampingi para rafter yang ingin mencoba rafting ditempat ini. Bakat alami yang dimiliki remaja sekitar tempat rafting ini sangat baik sehingga dalam kurun waktu beberapa bulan saja belajar rafting mereka mampu meraih gelar juara umum ke II tingkat nasional di Sungai Serayu Kabupaten Banjarnegara Propinsi Jawa Tengah pada 21-23 Juli 2006, remaja-remaja tersebut menyabet gelar juara pada beberapa kategori yang dilombakan yang diajang tersebut, beberapa kategori yang mereka raih yaitu untuk kategori Slalom mereka mendapat gelar Juara I, untuk kategori Head to Head mendapat gelar Juara II dan kategori Down river mendapat gelar juara III.

dsc_0422.jpgSaat memasuki dan berada dikawasan rafting ini para rafter akan langsung terpesona dengan indahnya pemandangan alam sekitarnya dan pada saat ini banyak tanaman padi disawah-sawah sekitarnya yang sedang menguning, petani yang sedang memanen padinya secara bersama-sama menambah eksotisnya tempat ini.

Disisi sebelah timur terdapat pegunungan Anjasmoro dengan hutan-hutan kecil yang rimbun memanjang dari utara keselatan. Apabila penggila rafting ini beruntung maka para rafter akan dapat melihat sunset yang indah di sore hari sambil menikmati segarnya buah kelapa muda diantara pohon-pohon kelapa yang menjulang tinggi. Kerjasama yang terjalin dengan baik antara pengelola tempat rafting ini dengan peduduk sekitar mejadikan setiap rafter yang datang kelokasi ini akan mendapat sambutan hangat dari masyarakat sekitar yang membuat para rafter merasa berada di rumah sendiri.
So, bagi para penggila rafting rasakan sendiri sensasi kasembon rafting karena tempat rafting ini akan memberikan sensasi berbeda. Bagi para rafter yang ingin reservasi dapat menghubungi Mapala Edelweij dari STIBA Malang yang beralamat di Jl Terusan Danau Sentani no 97 Malang Atau CV. K-Land Citra Perdana Telp (0341) 713044, 32533 Atau (031) 8913923.

(Fefa Kontributor Mapala.Net; Kediri)

sumber;(http://mapala.net/archives/296)

Berwisata di Bendungan Selorejo

Di bagian barat Kabupaten Malang terdapat sebuah bendungan yang cukup menarik untuk dikunjungi. Bendungan tersebut bernama Bendungan Selorejo. Untuk menuju ke lokasi, kami menggunakan jalur Malang-Batu yang menuju ke Taman Wisata Bendungan Selorejo.

Taman Wisata Bendungan Selorejo terletak di Desa Selorejo Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Bendungan ini dikelilingi oleh beberapa gunung antara lain Gunung Kelud, Gunung Kawi, dan Gunung Anjasmoro. Bendungan Selorejo dikelola oleh PT Jasa Tirta dan digunakan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Bendungan Selorejo

Perjalanan melewati jalanan yang berliku dan perbukitan, ditempuh selama satu jam dari kota Malang. Ketika tiba di Taman Wisata Selorejo, suasana bendungan terasa sejuk. Keindahan alam terpancar ketika kami tiba di tepian bendungan, hamparan bendungan yang luas dikelilingi oleh perbukitan dan gunung.

Disekitar bendungan banyak orang yang melakukan aktivitas memancing baik di tepian bendungan maupun ditengah-tengah bendungan dengan menggunakan perahu kecil

Nelayan Mencari Ikan

Fasilitas pendukung Taman Wisata Selorejo sudah cukup baik diantaranya kolam renang, jembatan gantung, penginapan, persewaan perahu, kuliner berupa ikan bakar, dan masih banyak lagi. Selain hari minggu dan libur, suasana Taman Wisata ini cukup sepi sehingga cukup nyaman digunakan untuk jalan-jalan dan bersantai.

Kami di Bendungan Selorejo

Kami berjalan di tepian bendungan sambil melihat aktivitas penduduk sekitar. Di sebuah sudut bendungan kami berhenti dan menikmati durian ngantang yang kami dapat dari seorang kawan.

== Tarif

Dewasa : Rp10.000,-/orang

sumber;(http://teamtouring.net/berwisata-di-bendungan-selorejo.html)

Wisata “Cangar” Batu

Awal bulan Juli tahun ini merupakan salah satu hari-hari indah buat akoe. Betapa tidak, di tapak pertama bulan itu akoe mempunyai kesempatan untuk menebar kejenuhan dari rutinitas sehari-hari. Kontan akoe manfaatkan kesempatan itu untuk mengajak gadisku bersepeda motor ria. Dalam angan-angan koe sudah tergambar dengan jelas tempat yang akoe inginkan. Tempat untuk kami bersenda gurau, tertawa-tawa, dan kalau mungkin nanti mencuri kesempatan untuk nge-sun dia. Dan tempat itu adalah wisata air hangat “Cangar” yang terletak di dataran tinggi wilayah Batu – Malang. Wah, benar-benar angan-angan yang sempurna….

Tapi angan-angan itu sedikit terpeleset ketika akoe dapati gadisku ternyata mengajak dua kakak perempuannya. Itupun masih plus keluarga masing-masing. Wuih… Bukan lagi bermesraan dengan gadisku yang ada di benak koe kini. Tapi meski momong calon keponakan-keponakan koe. Weleh-weleh ….

Tapi tak apalah. Yang penting akoe bisa pergi tuk sekedar membuang kejenuhan dan kebosanan. Itung-itung sekalian pedekate sama keluarganya gadisku.

Ahad pagi akoe membonceng gadiskoe berangkat ke tempat wisata yang kami tuju. Meski gadiskoe tak memeluk koe dengan mesra selam akoe bonceng, tapi kami bisa menikmati perjalanan itu.
Perjalanan menuju “Cangar” Batu – Malang itu melewati area perkampungan dan kebun-kebun. Perkampungan yang jauh dari keramaian kota. Udaranya sangat sejuk. Bahkan ada perkampungan yang terletak di dataran tinggi dengan latar belakang area atau lahan pertanian yang luas. Tak ubahnya villa di gunung. Sangat asri dan sejuk. Terasa lepas segala kejenuhan. Apalagi saat kami melewati area perkebunan rakyat. Kebun jeruk, kebun apel, kebun sayuran wortel, kebun sayuran tanaman bawang, dan sebagainya. Kebun-kebun yang terletak di sisi gunung itu tersusun bertingkat-tingkat, seolah-olah berlatar belakang perbukitan hijau dan gunung. Wah, benar-benar menciptakan keindahan, kesejukan, dan nuansa asri yang sangat-sangat kental. Akoe berpikir, sepertinya wisata di Jawa Barat “Puncak” kalah indah dengan di sini !

Akoe tersenyum. Mestinya di situasi seperti ini, gadisku akan memelukku dengan mesra, pikirku.

Setelah perjalanan memakan waktu beberapa jam, menjelang siang kami sampai di wisata “Cangar” Batu – Malang itu. Ternyata sudah ramai dengan pengunjung. Ramai sekali. Akoe perhatikan sekeliling tempat itu, ternyata sudah banyak berubah. Atau mungkin akoe yang lama nggak ke sini ?
Pintu gerbang masuk wisata “Cangar” itu sekarang ada beberapa petak lahan yang di”tanami” dengan bedak-bedak kecil. Mungkin berukuran 2 x 3 meter. Lumayan untuk memajang berbagai makanan dan minuman ringan. Terakhir akoe ke sini, bedak-bedak itu tidak ada. Jalan menuju wisata pemandian air hangat itu sudah dibenahi, disusun rapi dengan bahan semen yang menyerupai aspal jalan. Jalan yang menurun lumayan tajam, membuat kami meski berhati-hati menapakinya.

Yang masih lumayan banyak kami temui adalah masih lumayan banyak penjual makanan khas di sini, yaitu tape ketan hitam dan “badek”. Makanan dan minuman ini memang bagi kami khas. Dan mungkin lebih tepat lagi adalah cocok. Sebab makanan dan minuman ini membawa nuansa hangat di tubuh yang mengkonsumsinya. Lebih-lebih di “Cangar” ini. Karena wisata “Cangar” ini terletak di dataran tinggi, hawa dingin dan kabut jelas terasa.

Kira-kira sepuluh menit menuruni tangga, kami sampai di pusat pemandian air hangat “Cangar”. Dan lagi-lagi kami menemui di tempat itu sudah ramai. Kami mencari tempat untuk menggelar tikar dan beristirahat sebentar. Menyantap makanan yang sudah dipersiapkan kakak-kakak gadisku. dan terus ganti baju untuk berenang-renang dan berendam ria di pemandian yang konon dapat meringankan berbagai penyakit kulit itu.
Karena belum disendirikan antara tempat berendam untuk cowok dan cewek, membuat “Cangar” saat itu menjadi pemandian umum. Cowok dengan rata-rata memakai kaos dan celana pendek, dan cewek-cewek yang banyak memakai pakaian “setengah” atau model pakaian renang, bercampur jadi satu.

Ast….. Akoe segera menutup mulutkoe. Akoe tertegun bercampur heran. Masih jarang akoe temui, cewek-cewek di tempat umum seperti ini berpakaian renang. Mula-mula akoe iwuh. Mau melihat mereka itu bagaimana, mau nggak melihat itu mereka kelihatan. Akhirnya, akoe jadi lumayan menikmati “pemandangan” lain selain pemandangan asli “Cangar” ini. Ya pemandangan itu ….

sumber;(http://ghufron01.wordpress.com/2008/07/13/wisata-cangar-batu)

Wisata Dan Kuliner Kota Malang Alternatif selain Berenang di Sengkaling

Merry go Around

Mungkin kita hanya tahu, di Sengkaling kita hanya dapat berenang saja. Seperti yang diulas oleh Pak RW. Ternyata di Sengkaling ini juga menyediakan wahana dan arena bermain lainnya selain kolam renang. Seperti bom-bom car, flying fox, dan sebagainya. Rupanya Sengkaling saat ini mulai melengkapi wahana-wahana yang lainnya.

Apabila kita menikmati wahana-wahana tersebut, kita dapat membeli tiketnya sendiri-sendiri sesuai dengan wahana permainan tersebut. Akan tetapi, kita juga dapat membeli tiket terusan, yang harganya dihitung-hitung jauh lebih murah dibandingkan dengan membeli satu persatu tiket tersebut. Rata-rata harga perwahana tiket masuknya Rp.3000,- padahal kalo dihitung ada lebih dari 10 wahana. Harga tiket terusan ini ga mahal koq, cuman Rp. 14.000,- per tiket atau kita bisa mendapatkan tiket terusan ini dengan menukarkan tiket masuk sebanyak 7 lembar.

Untuk mencapai sengkaling amat sangat mudah, dari arah terminal landungsari anda bisa terus ke arah kota Batu, di kanan jalan setelah jetis akan terpampang petunjuknya, begitu pula kalau dari arah batu, anda tinggal turun ke arah kota Malang. Sehabis berenang dan bermain dengan keluarga atau kerabat anda bisa melanjutkan ke Agrowisata dan tempat wisata lain di sekitar daerah kota Batu bersama keluarga atau kerabat (liputan menyusul ya saudara-saudara)

Berikut ini Anda semua dapat melihat beberapa wahana-wahana yang dapat dinikmati dengan tiket terusan tersebut :

Dremulen by Airez

Sepur-sepuran
Sepur-sepuran by Airez

Wahana-wahana permainan tersebut memang bukan diperuntukkan bagi orang dewasa, tapi orang dewasa tidak ada larangan untuk menikmatinya kok, dan lagi dengan alasan menjaga keponakan, anak tetangga atau anak sendiri, anda bisa ikut ajut-ajutan bermain, itung-itung mengingat jaman lucu-lucunya dulu.

Wahana-wahana permainan ini dijamin aman, selama pengendaranya tidak neko-neko, kalau main bom-bom car ya didalam mobil jangan lari-larian di sekitar mobilnya, itu sangat tidak aman saudara-saudara.

Bom Bom Car
Bom Bom Car by Airez

Bagaimana? Seru bukan?
Selamat Menikmati…

Source:http://www.malangpedia.com/wisata/262-alternatif-selain-berenang-di-sengkaling

Wisata Dan Kuliner Kota Malang Candi Singosari – Wisata Sejarah Kota Malang

Di Kabupaten Malang banyak sekali terdapat peninggalan-peninggalan masa lampau. Salah satu diantaranya adalah Candi Singosari. Candi ini terletak di Kecamatan Singosari lebih kurang 11 km sebelah utara dari pusat kota Malang. Candi Singosari/Singhasari kadang disebut pula sebagai Candi Ken Dedes terletak di kota Singosari. Candi Singosari juga merupakan makam Raja Kertanegara (1268 – 1292) sebagai Bhirawa atau dewa Syiwa dalam bentuk ganas.

Candi  Singosari

Arca Dwarapala

Di sebelah barat candi Singhasari (kurang lebih 100 Meter) terdapat dua arca besar yang mempunyai tinggi 3,7 Meter yang disebut sebagai penjaga atau lebih dikenal dengan Arca Dwarapala dari sebuah taman yang indah dan luas pada zaman kerajaan Singhasari, yang mungkin mencakup Sumberawan. Yang berada disebelah selatan pada tahun 1980 pernah dinaikkan dari benamannya yang setinggi dadanya.

sumber;(http://www.ilovemalang.com/58/candi-singosari-wisata-sejarah-kota-malang)

sejarah kota malang

Daerah Malang merupakan peradaban tua yang tergolong pertama kali muncul dalam sejarah Indonesia yaitu sejak abad ke 7 Masehi. Peninggalan yang lebih tua seperti di Trinil (Homo Soloensis) dan Wajak – Mojokerto (Homo Wajakensis) adalah bukti arkeologi fisik (fosil) yang tidak menunjukkan adanya suatu peradaban. Peninggalan purbakala disekitar wilayah Kota Malang seperti Prasasti Dinoyo (760 Masehi), Candi Badut, Besuki, Singosari, Jago, Kidal dan benda keagamaan berasal dari tahun 1414 di Desa Selabraja menunjukkan Malang merupakan pusat peradaban selama 7 abad secara kontinyu.
Malang merupakan wilayah kekuasaan 5 dinasti yaitu Dewasimha / Gajayana (Kerajaan Kanjuruhan), Balitung / Daksa / Tulodong Wawa (Kerajaan Mataram Hindu), Sindok / Dharmawangsa / Airlangga / Kertajaya (Kerajaan Kediri), Ken Arok hingga Kertanegara (Kerajaan Singosari), Raden Wijaya hingga Bhre Tumapel 1447 – 1451 (Kerajaan Majapahit).

MASA KERAJAAN KANJURUHAN

Kerajaan Kanjuruhan menurut para ahli purbakala berpusat dikawasan Dinoyo Kota Malang sekarang. Salah satu bukti keberadaan Kerajaan Kanjuruhan ini adalah Prasasti Dinoyo yang saat ini berada di Museum Jakarta. Prasasti Dinoyo ditemukan di Desa Merjosari (5 Km. sebelah Barat Kota Malang), di kawasan Kampus III Universitas Muhammadiyah saat ini. Prasasti Dinoyo merupakan peninggalan yang unik karena ditulis dalam huruf Jawa Kuno dan bukan huruf Pallawa sebagaimana prasasti sebelumnya. Keistimewaan lain adalah cara penulisan tahun berbentuk Condro Sangkala berbunyi Nayana Vasurasa (tahun 682 Saka) atau tahun 760 Masehi. Dalam Prasasti Dinoyo diceritakan masa keemasan Kerajaan Kanjuruhan sebagaimana berikut :

Ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja yang sakti dan bijaksana dengan nama Dewasimha
Setelah Raja meninggal digantikan oleh puteranya yang bernama Sang Liswa
Sang Liswa terkenal dengan gelar Gajayana dan menjaga Istana besar bernama Kanjuruhan
Sang Liswa memiliki puteri yang disebut sebagai Sang Uttiyana
Raja Gajayana dicintai para brahmana dan rakyatnya karena membawa ketentraman diseluruh negeri
Raja dan rakyatnya menyembah kepada yang mulia Sang Agastya
Bersama Raja dan para pembesar negeri Sang Agastya (disebut Maharesi) menghilangkan penyakit
Raja melihat Arca Agastya dari kayu Cendana milik nenek moyangnya
Maka raja memerintahkan membuat Arca Agastya dari batu hitam yang elok
Salah satu Arca Agastya ada di dalam kawasan Candi Besuki yang saat ini tinggal pondasinya saja. Bukti lain keberadaan Kerajaan Kanjuruhan adalah Candi Badut yang hingga kini masih cukup baik keadaannya serta telah mengalama renovasi dari Dinas Purbakala. Peninggalan lain adalah Patung Dewasimha yang berada di tengah Pasar Dinoyo saat ini.

MASA KERAJAAN MATARAM HINDU

Keturunan Dewasimha dan Gajayana mundur sejalan dengan munculnya dinasti baru di daerah Kediri yaitu Balitung, Daksa, Tulodong dan Wawa yang merupakan keturunan Raja Mataram Hindu di Jawa Tengah. Balitung (898 – 910) adalah Raja Mataram pertama yang menguasai Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dinasti ini memusatkan kekuasaannya di daerah Kediri yang lebih dekat ke Jawa Tengah dibandingkan dengan bekas pusat kekuasaan Kerajaan Kanjuruhan di Malang. Pada masa ini Malang hanyalah sebuah wilayah yang tidak begitu penting kedudukannya.

MASA KERAJAAN KEDIRI, DAHA DAN JENGGALA

Dinasti berikutnya yang menguasai Kediri setelah kemunduran Mataram Hindu adalah keturunan Sindok, Dharmawangsa, Airlangga dan terakhir Kertajaya (1216 – 1222). Pada masa ini pusat kekuasaan beralih ke Daha / Jenggala sedangkan daerah Malang menjadi sebuah wilayah setingkat Kadipaten yang maju dan besar terutama sebagai dalam bidang keagamaan dan perdagangan, dipimpin oleh seorang Akuwu.

MASA KERAJAAN SINGOSARI

Singosari dikenal sebagai salah satu kerajaan terbesar di tanah Jawa yang disegani diseluruh Nusantara dan manca negara. Singosari semula adalah sebuah Kadipaten dibawah kekuasaan Raja Kediri yaitu Kertajaya. Kadipaten tersebut bernama Tumapel dipimpin oleh Akuwu Tunggul Ametung yang kemudian direbut kedudukannya oleh Ken Arok Ken Arok kemudian mengembalikan pusat kekuasaan ke daerah Malang setelah Kediri ditaklukkan. Selama 7 generasi Kerajaan Singosari berkembang pesat hingga menguasai sebagian besar wilayah Nusantara. Bahkan Raja terakhir yaitu Kertanegara mempermalukan utusan Maharaja Tiongkok Kubhilai Khan yang meminta Singosari menyerahkan kekuasaannya.

Singosari jatuh ketangan Kediri ketika sebagian besar pasukan Kertanegara melakukan ekspedisi perang hingga ke Kerajaan Melayu dan Sriwijaya. Namun tidak lama kemudian pasukan Kediri berhasil dipukul mundur oleh keturunan Kertanegara yaitu Raden Wijaya yang kemudian dikenal sebagai pendiri Kerajaan Majapahit. Pada saat yang hampir bersamaan Raden Wijaya juga harus menghadapi serbuan dari armada Tiongkok yang menuntut balas atas perlakuan Raja Singosari sebelumnya (Kertanegara) terhadap utusannya. Armada Tiongkok inipun berhasil dikalahkan oleh Raden Wijaya berkat bantuan dari Penguasa Madura yaitu Arya Wiraraja.

MASA KERAJAAN MAJAPAHIT

Kerajaan Majapahit mencapai masa keemasan ketika dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patihnya Gajah Mada yang terkenal dengan Sumpah Palapa. Majapahit menaklukkan hampir seluruh Nusantara dan melebarkan sayapnya hingga ke seluruh Asia Tenggara. Pada masa ini daerah Malang tidak lagi menjadi pusat kekuasaan karena diduga telah pindah ke daerah Nganjuk. Menurut para ahli di Malang ditempatkan seorang penguasa yang disebut Raja pula.

Dalam Negara Kertagama dikisahkan Hayam Wuruk sebagai Raja Majapahit melakukan ziarah ke makam leluhurnya (yang berada disekitar daerah Malang), salah satunya di dekat makam Ken Arok. Ini menunjukkan bahwa walaupun bukan pusat pemerintahan namun Malang adalah kawasan yang disucikan karena merupakan tanah makam para leluhur yang dipuja sebagai Dewa. Beberapa prasasti dan arca peninggalan Majapahit dikawasan puncak Gunung Semeru (Telaga Ranu Gumbolo) dan juga di Gunung Arjuna menunjukkan bahwa kawasan Gunung Bromo – Tengger – Semeru serta Gunung Arjuna adalah tempat bersemayam para Dewa dan hanya keturunan Raja yang boleh menginjakkan kaki di wilayah tersebut. Bisa disimpulkan bahwa berbagai peninggalan tersebut merupakan rangkaian yang saling berhubungan walaupun terpisah oleh masa yang berbeda sepanjang 7 abad.

ASAL USUL NAMA KOTA MALANG

Nama Batara Malangkucecwara disebutkan dalam Piagam Kedu (tahun 907) dan Piagam Singhasari (tahun 908). Diceritakan bahwa para pemegang piagam adalah pemuja Batara (Dewa) Malangkucecwara, Puteswara (Putikecwara menurut Piagam Dinoyo), Kutusan, Cilahedecwara dan Tulecwara. Menurut para ahli diantaranya Bosch, Krom dan Stein Calleneis, nama Batara tersebut sesungguhnya adalah nama Raja setempat yang telah wafat, dimakamkan dalam Candi Malangkucecwara yang kemudian dipuja oleh pengikutnya, hal ini sesuai dengan kultus Dewa – Raja dalam agama Ciwa.

Nama para Batara tersebut sangat dekat dengan nama Kota Malang saat ini, mengingat nama daerah lain juga berkaitan dengan peninggalan di daerah tersebut misalnya Desa Badut (Candi Badut), Singosari (Candi Singosari). Dalam Kitab Pararaton juga diceritakan keeratan hubungan antara nama tempat saat ini dengan nama tempat di masa lalu misalnya Palandit (kini Wendit) yang merupakan pusat mandala atau perguruan agama. Kegiatan agama di Wendit adalah salah satu dari segitiga pusat kegiatan Kutaraja pada masa Ken Arok (Singosari – Kegenengan – Kidal – Jago : semuanya berupa candi).

Pusat mandala disebut sebagai panepen (tempat menyepi) salah satunya disebut Kabalon (Kebalen di masa kini). Letak Kebalen kini yang berada di tepi sungai Brantas sesuai dengan kisah dalam Pararaton yang menyebut mandala Kabalon dekat dengan sungai. Disekitar daerah Kebalen – Kuto Bedah – DAS Brantas banyak dijumpai gua buatan manusia yang hingga kini masih dipakai sebagai tempat menyepi oleh pengikut mistik dan kepercayaan. Bukti lain kedekatan nama tempat ini adalah nama daerah Turyanpada kini Turen, Lulumbang kini Lumbangsari, Warigadya kini Wagir, Karuman kini Kauman.

Pararaton ditulis pada tahun 1481 atau 250 tahun sesudah masa Kerajaan Singosari menggunakan bahasa Jawa Pertengahan dan bukan lagi bahasa Jawa Kuno sehingga diragukan sebagai sumber sejarah yang menyangkut pemerintahan dan politik. Penulisan Pararaton sudah . Namun pendekatan yang dipakai para ahli dalam menyelidiki asal usul nama Kota Malang didasarkan pada asumsi bahwa nama tempat tidak akan jauh berubah dalam kurun waktu tersebut. Hal ini bisa dibuktikan antara lain dari nama Kabalon (tempat menyepi) ternyata juga disebutkan dalam Negara Kertagama. Dalam kitab tersebut dikisahkan bahwa puteri mahkota Hayam Wuruk yaitu Kusumawardhani (Bhre Lasem) sebelum menggantikan ayahnya terlebih dahulu menyepi di di Kabalon dekat makam leluhurnya yaitu Ken Arok atau Rangga Rajasa alias Cri Amurwabumi. Makam Ken Arok tersebut adalah Candi Kegenengan.

Namun istilah Kabalon hanya dikenal dikalangan bangsawan, hal inilah yang menyebabkan istilah Kabalon tidak berkembang. Rakyat pada masa itu tetap menyebut dan mengenal daerah petilasan Malangkucecwara dengan nama Malang hingga diwariskan pada masa sekarang.

MASA KOLONIAL

Setelah kemunduran Kerajaan Majapahit yang terdesak oleh Kerajaan Mataram Islam, daerah Malang semakin ditinggalkan bahkan dijauhi karena kultus Dewa – Raja dan agama Hindu bertentangan dengan ajaran Islam. Peninggalan peradaban Hindu – Ciwa tidak lagi diperhatikan karena sisa pengikut Kerajaan Majapahit yang memeluk agama Hindu Ciwa menyingkir ke daerah Tengger dan keturunannya dikenal sebagai masyarakat Tengger sekarang.

Kedatangan bangsa kulit putih antara lain Portugis, Belanda dan Inggris pada akhirnya mengakibatkan kemunduran Kerajaan mataram sehingga Nusantara jatuh kedalam masa penjajahan. Dalam masa pertengahan penjajahan menurut Buku History of Java karangan Gubernur Jenderal Raffles (1812), Malang merupakan daerah perkebunan dibawah Kabupaten Pasuruan. Malang berkembang pesat setelah ada jalur kereta api dan dibukanya berbagai perkebunan terutama tebu untuk industri gula. Sampai saat ini dua pabrik gula peninggalan kolonial masih beroperasi yaitu PG. Krebet Baru dan PG. Kebon Agung.

MASA KEMERDEKAAN

Pada masa sesudah Proklamasi Kemerdekaan di Malang didirikan Pemerintah Daerah Sementara dan pada masa Perang Kemerdekaan (Clash I 1947 dan Clash II 1949) daerah Malang menjadi basis perjuangan baik politis maupun gerilya. Berbagai pasukan antara lain TGP (Tentara Genio Pelajar) dan pasukan Hamid Rusdi sangat terkenal dengan kegigihan dan keberaniannya. Salah satu pertempuran dahsyat dalam mempertahankan Kota Malang yang selalu dikenang adalah front Jalan Salak (kini Jalan Pahlawan Trip). Pada saat itu gugur 35 orang anggota Brigade 17 Detasemen I Trip Jawa Timur. Di bekas lokasi pertempuran tersebut kini didirikan Monumen dan Makam Pahlawan Trip . Makam Pahlawan yang lain terletak di Jalan Veteran tidak jauh dari Jalan Pahlawan Trip.

MASA ORDE LAMA

Pergolakan politis pada akhir masa Orde Lama juga terjadi di Malang karena aktifitas PKI / Komunis cukup banyak mempengaruhi masyarakat terutama golongan pemuda. Terjadi rapat2 umum, demonstrasi, kerusuhan dan bentrokan fisik antara pendukung Komunis dengan pendukung Pancasila, salah satunya yang terkenal adalah penyerbuan Gedung Sarinah sekarang. Akhirnya kelompok Komunis dapat dikalahkan dan melarikan diri ke daerah Blitar sehingga dilakukan operasi militer Sandhi Yudha yang mengakhiri petualangan Komunis di Indonesia.

MASA ORDE BARU

Kota Malang berkembang pesat pada masa Orde Baru berkat perkembangan perekonomian yang semakin baik dan semangat masyarakat yang kuat untuk meraih hari depan yang lebih baik. Berbagai kegiatan pembangunan di segala bidang terus dilakukan dan memberikan hasil yang memuaskan.

MASA REFORMASI

Malang sebagai Kota Pendidikan juga menjadi salah satu barometer aksi yang menggulirkan reformasi. Ribuan Pelajar dan Mahasiswa turun ke jalan untuk memperjuangkan hak rakyat dan prinsip demokrasi hingga berhasil. Dan perjuangan terus dilanjutkan di daerah antara lain dengan mengupayakan pemilihan Pimpinan Daerah (Walikota) yang demokratis
(source : masyayax.blogspot.com)

Senin, 14 Juni 2010

coban pelangi

Coban Pelangi Merupakan Zona Wisata di Kabupaten Malang

Berkunjung ke zona wisata di Kabupaten Malang berarti telah menjejaki Truly East Java. Salah satu bentang alam yang menyuguhkan panorama menakjubkan, berada di ujung timur wilayah Kabupaten Malang yakni Kecamatan Poncokusumo.
gunung-semeruWilayah Poncokusumo memiliki 17 Desa/Kelurahan itu berada di kaki Gunung Semeru yang terletak pada 8,0632º LS; 112,5520º BT; 3619 m dpl (diambil dari Google Earth), gunung tertinggi di Pulau Jawa. Bentang Pegunungan Semeru menyuguhkan pesona alam yang paling menakjubkan di Pulau Jawa. Aliran sungai yang mengalir diantara gunung-gunung, akhirnya menciptakan air terjun yang elok, Air Terjun Coban Pelangi.
Jika pernah mendengar nama Coban Trisula, maka Coban Pelangi merupakan zona wisata alam andalan di Kecamatan Poncokusumo. Air terjun ini berada di jalur menuju Gunung Bromo dan Gunung Semeru, tepatnya di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Coban Pelangi merupakan tujuan kegiatan jelajah alam KSU Pointer yang diadakan pada hari Sabtu, 30 Agustus 2008.
coban-pelangi-002
2008-08-30-038
coban-pelangi-005coban-pelangi-007
Obyek wisata Coban Pelangi merupakan zona konservasi alam di bawah coban-pelangiperlindungan Perum Perhutani. Air terjun menakjubkan itu, berjarak ± 10 km dari Kecamatan Tumpang dan ± 32 km dari Kota Malang. Coban Pelangi berada di kawasan pegunungan yang terjal dengan kemiringan di atas 45º dan berada pada 8,0109º LS; 112,8607º BT; 1.299,5 m dpl (diambil dari Google Earth). 2008-08-30-008Berkunjung ke Coban Pelangi, berarti harus mempersiapkan fisik dan kesehatan yang prima. Jangan dibayangkan, lokasi Coban Pelangi seperti Coban Rondo di Kecamatan Pujon. Tentu berbeda, Coban Pelangi masih sangat alami, untuk menikmati air terjun, pengunjung harus membayar dengan keringat. Disarankan, pengunjung memakai sepatu olahraga untuk jarak tempuh sekitar 20 menit. Menuju air terjun, pengunjung memang wajib menjejaki medan berbukit dengan kemiringan mencapai sekitar 45º. Setelah melewati bukit kurang lebih 15 menit, selebihnya tinggal menyusur jalur di atas anak sungai.
Perjalanan ini menyuguhkan keelokan alam pegunungan, hutan yang rimbun, dan sungai yang jernih. Kicau burung-burung silih berganti, menjadi hiburan yang langka. Setelah menikmati perbukitan dengan sudut kemiringan 45º, saatnya perjalanan mencapai bibir sungai. Di ujung bukit, membentang sebuah jembatan berbahan dasar bambu, yang disusun sedemikian rupa.
cb-jembatanJembatan itu hanya cukup dilewati dua orang. Bagi muda-mudi, jembatan itu bisa disebut sebagai jembatan cinta. Mau tak mau, pasangan yang tengah berpacaran pasti akan bergandeng tangan saat memasuki ujung jembatan. Gemericik air di bebatuan serta kicau burung-burung, memang menimbulkan suasana romantis. Capek berjalan kaki, sebuah pondok peristirahatan di bibir sungai bisa membantu menormalkan napas. Pondok yang terletak sekitar 10 meter dari jembatan bambu itu berada di bawah rimbun pepohonan. Dari pondok itu, air terjun cukup ditempuh sekitar lima menit.
coban-pelangiAir Terjun Coban Pelangi mengalir dari tebing yang memiliki ketinggian 30 m. Pesona air terjun itu bisa dinikmati sambil menggelar tikar di atas tanah lapang. Satu pondok perlindungan juga disiapkan menghadap ke arah air terjun. Jika cuaca sedang baik, pengunjung yang beruntung bisa menyaksikan ‘pelangi’ yang membiaskan di pucuk-pucuk tebing. Biasanya, pelangi muncul pada jam 10.00-14.00. Fenomena alam itu muncul akibat butiran air terjun yang terbawa angin, serupa buliran-buliran kabut. Jika masih belum puas menyaksikan dari zona lapang, mencelupkan diri di anak sungai bisa menjadi pilihan menarik. Tumpahan air terjun di atas bebatuan menimbulkan percikan air seperti hujan gerimis.
papan-namaJika berkunjung ke Gunung Bromo, tidak ada salahnya mampir sejenak di Coban Pelangi. Setelah melewati Desa Gubukklakah, akan tampak papan nama bertuliskan Coban Pelangi di sisi kanan jalan. Parkir kendaraan di depan pintu masuk, Rp 1.000 (roda 2) dan Rp 2.000 (roda 4), tinggal melangkah menuju pintu masuk. Untuk masuk area wisata alam, pengunjung membayar Rp 3.100 per orang di loket masuk. Dengan tarif murah meriah itu, wisata alam Coban Pelangi bisa dinikmati sepuasnya.
(Dilihat 564 kali)
http://ksupointer.com/2009/coban-pelangi-merupakan-zona-wisata-di-kabupaten-malang

persahabatan

Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.
Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.
Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya…
Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.
Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.
Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.
Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.
Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.
Ingatlah kapan terakhir kali kamu berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping kamu ?? Siapa yang mengasihi kamu saat kamu merasa tidak dicintai ?? Siapa yang ingin bersama kamu saat kamu tak bisa memberikan apa-apa ??
MEREKALAH SAHABATMU
Hargai dan peliharalah selalu persahabatanmu

sumber:  http://www.krenungan.org/

gunung bromo

Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuno abad 15, Pulau Jawa pada suatu saat mengambang di lautan luas, dipermainkan ombak ke sana-ke mari. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung Meru yang asalnya dari India ke atas Pulau Jawa. Dewa Wisnu menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu di punggungnya, sementara Dewa Brahma menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura, sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman. Dewa-dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian Barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian Timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian Timur pulau tetapi masih tetap miring, sehingga mereka memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian Barat laut.
Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Pananggungan, dan bagian utamanya adalah Gunung Mahameru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, dan sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang Siwa datang ke Pulau Jawa dilihatnya banyak pohon Jawawut, sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.
Lingkungan geografis Pulau Jawa dan Bali memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung Semeru yang dianggap sebagai rumah para dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung antara bumi (manusia) dan kayangan. Kalau manusia ingin mendengar suara dewa mereka harus semedi di puncak Gunung Semeru. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman dewa-dewa atau mahluk halus. Selanjutnya daerah di sekitar gunung masih dipakai oleh manusia Jawa sebagai tempat semedi untuk mendengar suara gaib.
Menurut orang Bali, Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak Gunung Agung di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji, orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta Suci.
Orang naik sampai puncak Mahameru ada yang bertujuan untuk mendengar suara-suara gaib. Selain itu juga ada yang memohon agar diberi umur yang panjang. Bagaimanapun alasan orang naik ke puncak Mahameru, kebanyakan orang ditakutkan oleh macam-macam hantu yang mendiami daerah sekeliling gunung. Hantu-hantu tersebut biasanya adalah roh leluhur yang mendiami tempat seperti hutan, bukit, pohon serta danau.
Roh leluhur biasanya bertujuan menjaga macam-macam tempat dan harus dihormati. Para pendaki yang menginap di danau Ranu Kumbolo sering melihat hantu Ranu Kumbolo. Tengah malam ada cahaya berwarna orange di tengah danaunya dan tiba-tiba berubah wujud menjadi sesosok hantu wanita. Biasanya hanya orang yang punya kekuatan mistis dia akan melihat hantu dan dapat bicara dengan hantu. Terserah orang percaya pada hantu atau tidak tetapi banyak orang Jawa yang percaya bahwa daerah Bromo, Tengger, dan Semeru banyak didiami oleh hantu-hantu.
Sumber: Mahapela.org